Prathama Line

Ada “Kiamat” Baru di Jerman: Para Pekerja Hilang

Bendera Jerman (AP Photo/Markus Schreiber) Foto: AP/Markus Schreiber

Jakarta, CNBC Indonesia – Jerman yang kini mengalami krisis baru. Hal itu adalah kelangkaan tenaga kerja.

Ini menambah daftar persoalan yang dihadapi oleh sektor manufaktur. Minimnya tenaga kerja yang berkualitas disebabkan oleh populasi yang menua dan diperburuk oleh pandemi Covid-19, membuat produsen mengalami kekurangan staf.

Survei baru-baru ini menemukan 50% produsen memangkas produksi. Ini menimbulkan kerugian hingga US$ 85 miliar atau setara Rp 1.317 triliun per tahunnya.

“Semakin banyak perusahaan mengurangi bisnis mereka karena tidak ada cukup pekerja. Dalam jangka menengah dan panjang, masalah ini kemungkinan akan menjadi lebih buruk,” terang pakar pasar tenaga kerja di Ifo Institute di Munich, Stefan Sauer, dikutip The Straits Times, Kamis (20/10/2022).

Hal ini menambah masalah yang dihadapi manufaktur Jerman setelah krisis dan naiknya harga energi. Beberapa produsen bahkan harus menutup pabrik atau mengalihkan produksi ke luar negeri.

Produsen pesawat Airbus harus membatalkan rencana untuk memproduksi 720 jet A320 terlarisnya di Hamburg pada 2022. Perusahaan itu menyebut sebagian besar pembatalan ini dikarenakan kekurangan pekerja.

Kekurangan tenaga kerja memperbesar tekanan bagi industri. Dengan permintaan pekerja yang tinggi dan inflasi melonjak menjadi 10,9% bulan lalu, staf sektor publik Jerman mencari kenaikan gaji 10,5% sementara pekerja logam menuntut 8% kenaikan.

Walau terlihat dapat memuaskan kebutuhan pekerja, kenaikan upah yang cepat dapat membantu memperkuat inflasi. Tren tersebut bahkan dapat mendorong Bank Sentral Eropa untuk menaikkan suku bunga kembali.

Meski begitu, seorang ekonom di UBS Group di Frankfurt, Felix Huefner, tetap memprediksi upah Jerman tumbuh 3,5% pada akhir 2023. “Harga energi yang tinggi dan kekurangan pekerja terampil tentu menjadi kendala bagi industri Jerman ke depan. Negara-negara seperti Prancis, yang memiliki demografi yang lebih baik, akan memiliki kapasitas produktif yang lebih kuat di masa depan,” paparnya.

Sebelumnya, dalam ramalan terbaru Dana Moneter International (IMF), Jerman menjadi satu dari dua negara Eropa yang terancam resesi talun 2023. Satu lagi adalah Italia.

“Jerman dan Italia akan tergelincir ke dalam resesi tahun depan, menjadi ekonomi maju pertama yang mengalami kontraksi setelah invasi Rusia ke Ukraina,” tulis IMF dalam pembaruan World Economic Outlooknya.

Ekonomi negera itu akan menyusut 0,3%. Sementara Italia berkontraksi 0,2%.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *